a.
Anemia,
yang dalam bahasa yunani berarti tanpa darah, adalah penyakit kurang darah yang
di tandai dengan kadar haemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit) lebih rendah di bandingkan
normal. Jika kadar haemoglobin kurang dari 14g/dl dan eritrosit kurang dari 41%
pada pria, maka pria tersebut di katakan anemia. Demikian pula pada wanita,
wanita yang memiliki kadar haemoglobin kurang dari 12g/dl dan eritrosit kurang
dari 37%, maka wanita itu dikatakan anemia.
b.
Anemia
dalam kehamilan ialah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin di bawah 11 g% pada
trimester 1 dan 3 atau kadar <10,5 g% pada trimester 2. Nilai batas tersebut
dan perbedaanya dengan kondisi wanita tidak hamil terjadi karena hemodilusi, terutama pada trimester 2.
2) Klasifikasi
Anemia
Klasifikasi anemia dalam kehamilan
menurut Ikhsan Soebroto adalah sebagai berikut :
a.
Anemia Defisiensi Zat Besi
Adalah anemia yang terjadi akibat
kekurangan zat besi dalam darah. Anemia ini terjadi pada sekitar 62,3% pada
kehamilan, merupakan anemia yang paling sering dijumpai pada kehamilan. Hal ini
disebabkan oleh kurang masuknya unsur zat besi dan makanan karena gangguan
resorpsi, gangguan penggunaan atau karena besi keluar terlampau banyak dari
badan, misalnya pada perdarahan.
b.
Anemia
Megaloblastik
Anemia ini terjadi pada sekitar 29%
pada kehamilan. Biasanya disebabkan oleh defisiensi asam folat, jarang sekali
karena defisiensi vitamin B12. Hal itu erat hubungannya dengan defisiensi
makanan.
c.
Anemia
Hipoplastik
Adalah anemia yang disebabkan oleh
sumsum tulang kurang mampu membuat sel-sel darah baru. Anemia ini terjadi pada
sekitar 8% kehamilan. Etiologi anemia hipoplastik
karena kehamilan belum diketahui dengan pasti. Biasanya anemia hipoplastik
karena kehamilan, apabila wanita tersebut telah
selesai masa nifas maka anemia akan sembuh dengan sendirinya.
d.
Anemia
Hemolitik
Adalah anemia yang disebabkan penghancuran
atau pemecahan sel darah merah yang lebih cepat daripada pembuatanya. Anemia
ini terjadi pada sekitar 0,7 % kehamilan. Wanita dengan anemia hemolitik biasanya sulit hamil. Apabila
hamil biasanya anemia menjadi berat.
3) Tanda
dan Gejala Anemia
Gejala anemia pada ibu hamil di
antaranya adalah cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang, malaise, lidah luka, nafsu makan turun (anoreksia), konsentrasi hilang, napas
pendek (pada anemia parah), dan keluhan mual muntah lebih hebat pada kehamilan
muda. Tanda-tanda anemia yang klasik menurut Ikhsan Soebroto (2009 : 58) adalah
sebagai berikut :
·
Peningkatan
kecepatan denyut jantung karena tubuh berusaha memberi oksigen lebih banyak ke
jaringan.
·
Peningkatan
kecepatan pernapasan karena tubuh berusaha
menyediakan lebih banyak oksigen kepada darah .
·
Pusing
akibat berkurangnya darah ke otak.
·
Terasa
lelah karena meningkatnya oksigenasi berbagai organ termasuk otot jantung dan rangka.
·
Kulit
pucat karena berkurangnya oksigenasi.
·
Mual
akibat penurunan aliran darah saluran cerna dan susunan saraf pusat.
·
Penurunan
kualitas rambut dan kulit.
4) Pengaruh
Anemia terhadap ibu dan janin
1.
Pengaruh
terhadap kehamilan
A.
Bahaya
selama kehamilan
a)
Dapat
terjadi abortus
b)
Persalinan
prematuritas
c)
Hambatan
tumbuh kembang janin dalam rahim
d)
Mudah
terjadi infeksi
e)
Ancaman
dekompensasi kordis (Hb 6 gr%)
f)
Mola hidatidosa
g)
Hiperemesis gravidarum
h)
Perdarahan
antepartum
i)
Ketuban
pecah dini
2.
Bahaya
anemia terhadap janin
Sekalipun tampaknya janin mampu
menyerap berbagai kebutuhan dari ibunya, tetapi dengan anemia akan mengurangi
kemampuan metabolisme tubuh sehingga menggangu pertumbuhan dan perkembangan
janin dalam rahim. Akibat anemia dapat terjadi gangguan seperti : abortus, kematian intrauterine, dan Persalinan
prematuritas tinggi.
5) Diagnosis
Anemia pada Kehamilan
Untuk menegakkan diagnosis anemia
dalam kehamilan dapat dilakukan dengan anamnesa. Pada anamnesa akan didapatkan
keluhan cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang, dan keluhan mual
muntah lebih hebat pada hamil muda.
Pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat
dilakukan dengan menggunakan alat Sahli.
Hasil pemeriksaan Hb dengan Sahli
dapat digolongkan sebagai berikut.
Hb
11 g% tidak
anemia
Hb
9-10 g% anemia
ringan
Hb
7-8 g% anemia
sedang
Hb
<7 g% anemia
berat
(Manuaba, 2010: 239)6) --> Pencegahan dan Pengobatan Anemia
a.
Pencegahan
1.
Meningkatkan
konsumsi makanan bergizi
Makan makanan yang banyak mengandung
zat besi dari bahan makanan hewani (daging, ikan, ayam, hati, telur) dan bahan
makanan nabati (sayuran berwarna hijau tua, kacang-kacangan, tempe). Makan
sayur-sayuran dan buah-buahan yang banyak mengandung vitamin C (daun katuk,
daun singkong, bayam, daun jambu, tomat, jeruk, nanas) sangat bermanfaat untuk
meningkatkan penyerapan zat besi dalam usus.
2.
Menambah
pemasukan zat besi kedalam tubuh dengan minuman tablet tambah darah.
3.
Mengobati
penyakit yang menyebabakan atau memperberat anemia seperti : cacingan, malaria
dan penyakit TBC.
b.
Pengobatan
1.
Anemia
Ringan
Pada kehamilan dengan kadar Hb 9-10%
masih dianggap ringan sehingga hanya perlu diberikan kombinasi 60 mg/ hari dan
50 mcg asam folat per oral sekali sehari Hb dapat dinaikkan sebanyak 1 g % perbulan.
2.
Anemia
Sedang
Pengobatan dapat dimulai dengan
preparat besi per oral. Biasanya diberikan garam besi sebanyak 600-1000 mg
sehari, seperti sulfas ferosus atau glukonas ferosus. Hb dapat dinaikkan
sampai 10 g/ 100 ml atau lebih asal masih ada cukup waktu sampai janin lahir.
3.
Anemia
Berat
Pemberian preparat parenteral yaitu dengan ferum dextram sebanyak 1000 mg (20 ml) intravena atau 2 x 10 ml/ im pada gluteus, dapat meningkatkan Hb relatife lebih cepat yaitu 2 gr%. Transfusi darah sebagai pengobatan anemia dalam kehamilan sangat jarang diberikan (walaupun Hbnya kurang dari 6 g%), apabila terjadi perdarahan. (Saifuddin, 2009: 282)
Saifuddin, Abdul Bari. 2009. Buku
Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirahardjo.
Feryanto, Achmad. 2011. Asuhan
Kebidanan Patologis. Jakarta: Salemba Medika.
Soebroto, Ihksan. 2009. Cara Mudah
Mengatasi Problem Anemia. Yogyakarta: Bangkit.
Manuaba, dkk. 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC
Pemberian preparat parenteral yaitu dengan ferum dextram sebanyak 1000 mg (20 ml) intravena atau 2 x 10 ml/ im pada gluteus, dapat meningkatkan Hb relatife lebih cepat yaitu 2 gr%. Transfusi darah sebagai pengobatan anemia dalam kehamilan sangat jarang diberikan (walaupun Hbnya kurang dari 6 g%), apabila terjadi perdarahan. (Saifuddin, 2009: 282)
Referensi :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar